Risdianto / Abeng: Karena Teman, Aku Terjerumus Narkoba
Sumber: Jawaban.Com

Family / 5 September 2016

Kalangan Sendiri

Risdianto / Abeng: Karena Teman, Aku Terjerumus Narkoba

Budhi Marpaung Official Writer
4078

Harapan besar ditaruhkan sang papa kepada Risdianto. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia berpesan agar anak laki-lakinya tersebut bisa menyelesaikan kuliah dengan baik dan meraih masa depan yang cerah. Namun, harapan tinggallah harapan.

Selepas kepergian sang papa, pria yang akrab disapa Abeng itu menunjukkan kenakalannya. Ia mulai berjudi dan berteman dengan orang-orang di sana. Setiap kali dapat uang dari sang mama, ia pasti selalu habiskan di tempat biasa berkumpul. Semangatnya untuk kuliah pun menurun akibat kebiasaan tersebut. “Jadi, saya gak mikirin prestasi lagi,” aku Abeng.

Bersama dengan teman-teman, itu sudah membuatnya bahagia. Hubungan pertemanan yang ia jalani membuatnya tidak lagi bisa membedakan mana yang wajar dan tidak wajar.

Malam demi malam, Abeng habiskan dengan kawan-kawannya di diskotik. Bukan sekedar menikmati lagu yang dimainkan disc jockey, tetapi juga pil ekstasi. Saat menelan pil ekstasi, ada sensasi lain yang ia rasakan. Semua seperti begitu menyenangkan.

Suatu hari, ketika dalam keadaan on karena masih dalam pengaruh ekstasi, teman-temannya memaksanya memakai putaw. “Saya sampe lari-lari, saya ditangkap, dipegangin tangan saya, terus tangan saya diikat pake sabuk. Ya udah saya pasrah aja. Orang yang nyuntikkin juga dalam keadaan mabuk juga. Jadi saya gak tahu gimana lagi ini,” tutur Abeng.

Seusai kejadian itu, walau awal tubuh menolak, saya akhirnya jadi ketagihan dengan putaw. Badan jadi gelisah jika tidak menggunakan setiap enam jam sekali. Sekali waktu saja tidak mengkonsumsi, saya jadi sakaw. Bahkan dalam tertidur pulas sekalipun, bila tubuh ini sakaw, saat itu biar bagaimana pun dia harus cari cara untuk membeli barang tersebut.

Kecanduan membuat segala yang ada di kehidupan Abeng benar-benar kacau. Kuliah berantakan, begitu pun juga impian yang orang tua taruhkan kepadanya. Ia bahkan setiap hari diliputi oleh ketakutan suatu saat ditangkap oleh pihak kepolisian karena membawa narkotika dan obat-obatan terlarang.

Meskipun keadaan semakin buruk, Abeng tetap mengonsumsi putaw. Ia bahkan nekat mengajak seorang teman untuk menggunakan di rumahnya. Ketika ia sedang menikmati putaw tersebut, sang mama ternyata masuk dan melihat keadaannya. Hancur hati sang mama.  

Setelah pengaruh putaw berkurang, Abeng menemui sang mama yang menangis tersedu-sedu. Di hadapan sang mama, ia mengatakan bahwa dirinya ingin sembuh. Sang mama memutar otak dan kemudian menyuruhnya pergi ke satu acara retreat. Ia pun menyetujui keinginan sang mama.

Dalam perjalanan menuju tempat retreat, Abeng dan temannya ternyata sudah mempersiapkan putaw jika nantinya mereka mengalami sakaw. Namun, di tengah perjalanan, mobil yang membawa mereka me-rem mendadak dan putaw yang ia bawa tumpah.

Didesak oleh keinginan menggunakan putaw, sesampenya di tempat retreat, ia memutuskan untuk pulang ke Bandung saat itu juga. Sesampainya di sana, ia mendatangi rumah pemasok putaw yang sudah lama dikenalnya. Begitu ia mau menggunakan putaw yang ia beli, ternyata tubuhnya menolaknya. Karena paksaan yang ia lakukan, begitu jarum suntik itu masuk, darah muncrat dari lengannya. Ia pun dibawa ke rumah sakit.

Di rumah sakit, Abeng mengalami sakaw yang begitu menyiksa dirinya. Kasih sayang yang ditunjukkan oleh sang mama lah yang membuatnya bisa melewati masa-masa menyakitkan itu. “Ketika saya sudah pulang dari rumah sakit waktu, saya disuruh olahraga biar staminya kembali normal. Dan itu butuh satu bulan agar stamina saya kembali normal,” ungkapnya.

Satu hari ketika Abeng sedang berolahraga, ia bertemu dengan seorang teman yang mengajaknya beribadah. Dengan sedikit paksaan sang mama, ia menyetujui ajakan temannya tersebut.

Hari ibadah pun tiba. Bersama temannya tersebut, ia mengikuti acara hari minggu tersebut. Ketika khotbah dibagikan dan tantangan diberikan oleh sang pendeta, hatinya tergerak untuk mengangkat tangan. “Saya merasa Tuhan menjamah saya. Kebenaran itu yang memerdekakan kita. Segala keterikatan saya sama narkoba, pikiran-pikiran akan sugesti itu sudah hilang semua karena Tuhan Yesus Kristus yang sudah mengubahkan hidup saya, menebus hidup saya, dan memulihkan hidup saya,” pungkas Abeng.

Abeng kini bisa tersenyum karena ia akhirnya bisa mewujudkan impian bukan hanya sang mama tetapi juga sang papa. Lebih dari pada itu, ia dianugerahkan Tuhan untuk bisa memuridkan orang lain. Jika dulu, ia ikut arus dunia, sekarang ia mau ikut arusnya Tuhan.

Sumber : Risdianto / Abeng
Halaman :
1

Ikuti Kami